Jakarta, beritakisahnyata.com – Goncangan keras menerpa fondasi Gerindra. Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, memilih bungkam di tengah tuduhan serius keterlibatan dalam bisnis judi online di Kamboja.

Tujuh bulan berlalu sejak Majalah Tempo merilis laporan yang mencantumkan nama Dasco Ahmad dalam dokumen perusahaan Golden Princess Hotel & Casino di Kamboja.

Bukan bantahan, bukan klarifikasi. Hingga kini, politisi Gerindra ini tetap membisu.

Kompleks Kasino Bavet City, WNI Korban Scam (disamarkan). Dugaan ini kian meresahkan karena berbarengan dengan merebaknya kasus perdagangan orang dan eksploitasi ribuan WNI sebagai pekerja scam di lokasi serupa.

Sementara Gerindra menyebut ini “insinuasi tingkat tinggi”, dokumen bisnis mencatat sebaliknya. Sikap diam Dasco memicu reaksi keras. Aktivis antikorupsi, menilai ini bukan lagi strategi, melainkan keangkuhan feodalistik di tengah penderitaan rakyat.

Sementara itu, peran komunikasi politik Gerindra mulai beralih ke tangan Sjafrie Sjamsoeddin, seolah menandai redupnya figur Dasco di lingkar inti.

Padahal, pemerintah baru saja membentuk Satgas Judi Online sebagai simbol ketegasan negara. Namun, kredibilitas Satgas terancam runtuh jika dugaan keterlibatan elite politik ini benar.

Hal senada dikatakan Ketua Pemuda Aceh, Wanda Assyura.
Diamnya Dasco bukan strategi cerdas, tapi gejala feodalisme elite. Wakil rakyat yang diam ketika rakyat disiksa di Kamboja adalah pengkhianat demokrasi.

Wanda Assyura menegaskan, integritas Gerindra dipertaruhkan.

“Sebagai pendukung Prabowo, saya khawatir Dasco jadi batu sandungan moral. Dasco bom waktu. Kalau tidak segera ditangani, bisa merusak reputasi partai dan presiden sendiri.” tegasnya.

Dasco masih aktif di DPR, namun terus menghindari media. Publik menunggu. Diam di panggung politik bukan lagi emas, melainkan sinyal bahaya yang berdetak pelan, menunggu waktu meledak. (Tim)

By redaksi