Mojokerto, beritakisahnyata.com – Warga di pemukiman sekitar Pabrik Gula (PG) Gempol Kerep, Kecamatan Gedeg, Mojokerto, Jawa Timur, mengeluhkan tumpukan debu hitam serta jelanga (langes) yang bertaburan didalam rumah – rumah mereka, serta polusi asap tebal.
Diduga, debu atau langes sisa pembakaran itu berasal dari limbah produksi pabrik gula setempat, yang keluar ke udara melalui cerobong dan terbawa angin.
Hal itu disebut sering terjadi di masa giling tebu yang dilakukan oleh pabrik setempat.
Polusi kotoran itu menyebar hingga ke beberapa wilayah desa di Kecamatan Gedeg, yakni Desa Gempol Kerep, Desa Dembongan.
Bu Eka, salah satu warga Desa Gembongan mengaku, ia adalah salah satu yang terdampak kotoran langes. Setiap musim giling, kata Bu Eka, ia dan warga lainnya selalu menjumpai debu serta langes yang beterbangan dari asap cerobong PG Gempol Kerep .
Padahal, dalam setiap kegiatan sosialisasi antara PG Gempol Kerep dengan warga sebelum musim giling, pihak perusahaan disebutnya menjamin warga sekitar jika tidak akan ada lagi kotoran dari cerobong asap yang masuk ke rumah warga.
“Namun nyatanya sejak awal giling bulan Mei 2024 sampai saat ini, langes dari cerobong asap PG Gempol Kerep tetap mengotori bahkan masuk ke rumah-rumah warga, kata Bu Eka, kepada wartawan Kamis (1/8/2024).
Iapun sempat menunjukkan tumpukan debu hitam dan langes yang bertebaran di beberapa bagian bangunan rumahnya termasuk diatas tempat tidur miliknya.
Kecewa atas janji pihak PG Gempol Kerep yang tak kunjung ditepati, Suami, Bu Eka lalu berinisiatif mengumpulkan langes ke dalam kantong plastik serta tissu dapur dan akan diserahkannya kepada pihak PG Gempol Kerep.
“Kami membersihkan rumah dari langes sehari tiga kali. Kami bersihkan dan dikumpulkan ke dalam kantong plastik. Untuk satu minggunya yang berhasil saya kumpulkan sebanyak satu kantong plastik,” ujarnya sambil menunjukkan kantong penuh dengan debu hitam tersebut.
Terpisah, Pimpinan Redaksi beritakisahnyata.com dan majalah Berita Kisah Nyata, Andi A.S tak menampik adanya keluhan warga, terkait kotoran seperti debu atau langes yang diduga berasal dari cerobong asap PG Gempol Kerep.
Andi, bahkan menyebut pihaknya sudah berkali-kali, sejak awal musim giling selalu menyampaikan keluhan warga terkait limbah kotoran abu atau langes dari cerobong asap PG Gempol Kerep. Hanya saja, manajemen PG Gempol Kerep selalu menjawab akan dilakukan perbaikan agar tidak ada kotoran abu yang masuk ke rumah warga.
“Kenyataanya sampai saat ini, di musim giling, kotoran abu atau langes itu masih saja menimpa warga termasuk Kantor Redaksional kami di Desa Gembongan, dan bahkan warga di tiga desa lain yang lokasinya ada di utara PG Gempol Kerep juga ikut terdampak kotoran langes,” kata Andi.
Sebenarnya, lanjut Pimred beritakisahnyata, warga hanya meminta agar kotoran langes tersebut dikurangi. Dengan demikian kotoran tersebut tidak setebal sekarang ini yang bisa menyebabkan sakit di mata dan menimbulkan batuk, serta polusi udara yang tidak baik untuk kesehatan. Namun harapan tersebut belum terpenuhi sampai sekarang.
Di samping itu, kotoran tersebut dapat mengancam kesehatan terutama pada pernafasan berdampak batuk dan sesak nafas. Dalam hal ini sudah tidak bisa ditolelir lagi karena dampak setiap tahun pasti sesak dan batuk.
Dikatakan Andi, jika ia berinisiatip akan mengadukan hal ini ke pihak yang berwenang agar segera ditidaklajuti terkait limbah cerobong asap pabrik gula gempol kerep.
“Untuk itu, kami mohon kepada PG Gempol Kerep agar mengurangi atau kalau bisa sepenuhnya menghilangkan kotoran langes yang mengganggu warga, saya sendiri sebagai warga desa gembongan merasa jika memang sudah harus menempuh jalur hukum terkait limbah cerobong asap pabrik gula gempol kerep ” pungkasnya. (red) bersambung….