Aceh, beritakisahnyata.com – Seminar Hari Keluarga Nasional Indonesia ke-32 digelar oleh Asosiasi Dosen Kolaborasi Lintas Perguruan Tinggi (DKLPT) secara virtual via zoom pada Kamis, 15-17 Juli 2025.

Seminar ini menjadi wadah strategis bagi para Guru besar, Akademisi, serta Pemangku Kebijakan untuk berbagi pandangan terkait membangun ketahanan keluarga.
Ketua Umum Asosiasi Dosen Kolaborasi Lintas Peguruan Tinggi (DKLPT) Nanda Saputra, M.Pd. didampingi Dr. Karimuddin, M.A., Sekretaris Jenderal DKLPT. Turut membuka acara ini secara resmi.

Dalam sambutannya beliau mengatakan dengan diadakannya program kolaborasi bersama dosen seluruh Indonesia ini sebagai upaya mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045 dengan mengusung tema “Membangun Ketahanan keluarga untuk Indonesia emas 2045: Sinergi Peran Multidisiplin dalam Menjaga Nilai dan Ketahanan Sosial”.

“Sinergi Peran Multidisiplin dalam Menjaga Nilai dan Ketahanan Sosial menjadi pembahasan utama dalam Seminar Nasional ini. untuk meningkatkan kualitas keluarga dari negara kita tercinta. Kami percaya forum ini akan menghasilkan gagasan progresif yang mampu menjadi inspirasi sekaligus panduan bagi para pemangku kepentingan dalam rangka menyiapkan keluarga unggul bangsa di masa depan,” ujar Nanda Saputra M.Pd.

Pada kesempatan ini Dr. Ir. A. St. Fatmawaty, M.Si, Dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, memaparkan pentingnya peran keluarga sebagai fondasi pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Dengan materi berjudul “Keluarga Tangguh, Bangsa Tumbuh Sinergi Multidisiplin Menuju Indonesia Emas 2045.

“Ketahanan keluarga tangguh sebagai pondasi bangsa menjadi kunci utama dalam mencetak generasi unggul yang siap bersaing di era global nantinya,” imbuh Dr. Fatmawaty.

Dr. Fatmawaty menjelaskan bahwa keluarga tangguh bukan sekadar mampu bertahan (survive), tetapi juga berkembang (thrive) dalam menghadapi tantangan zaman, seperti disrupsi teknologi, krisis ekonomi, dan perubahan sosial budaya.

“Lima pilar ketangguhan keluarga meliputi ketahanan ekonomi, kesehatan fisik-mental, pendidikan karakter, literasi digital, dan jejaring sosial,” paparnya.

Menurutnya, keluarga berperan sebagai unit terkecil yang menentukan kualitas SDM suatu bangsa.

“Visi Indonesia Emas 2045 hanya bisa tercapai jika dimulai dari penguatan keluarga hari ini,” tegasnya.

Tantangan dan Strategi Sinergi Multidisiplin

Dalam pemaparannya, Dr. Fatmawaty mengidentifikasi sejumlah tantangan yang dihadapi keluarga modern, seperti:

  1. Individualisme dan kesenjangan komunikasi akibat ketergantungan pada teknologi.
  2. Krisis moral dan kekerasan dalam rumah tangga yang melemahkan fondasi keluarga.
  3. Kerentanan ekonomi yang berdampak pada kualitas pendidikan dan kesehatan.
  4. Pola asuh tidak adaptif yang tidak sesuai dengan kebutuhan generasi digital.

Untuk mengatasi hal tersebut, ia menawarkan solusi berbasis sinergi multidisiplin, melibatkan pendekatan psikologi, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Beberapa strategi yang direkomendasikan antara lain:

  1. Pendidikan karakter sejak dini melalui keteladanan orang tua.
  2. Penguatan komunikasi keluarga dengan mengurangi ketergantungan pada benda elektronik.
  3. Keseimbangan kerja-keluarga melalui kebijakan perusahaan yang ramah keluarga.
  4. Pemberdayaan ekonomi keluarga dengan literasi keuangan dan kewirausahaan.
  5. Partisipasi aktif dalam organisasi masyarakat untuk memperluas jejaring dukungan sosial.

Kolaborasi Multisektor untuk Indonesia Emas 2045

Dr. Fatmawaty menegaskan bahwa mewujudkan Indonesia Emas 2045 memerlukan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat.

“Setiap individu harus menjadi agen perubahan dalam keluarganya sendiri. Dari sanalah kita
membangun bangsa yang tangguh,” tuturnya.

Sebagai penutup, ia menyampaikan harapan agar setiap keluarga Indonesia dapat menjadi motor penggerak pembangunan, menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter kuat dan berdaya saing global.(dik)

By redaksi